Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern
  • Delta Microtech Group
blog-img-10

Posted by : Administrator

COMPUTER BASED TESTING (CBT)

Penggunaan komputer untuk pelaksanaan ujian dimulai pada awal 1970-an (Drasgow, 2002). Pada masa itu kemampuan komputer masih sangat terbatas dan membutuhkan pembiayaan yang tinggi (Mojarrad & Hemmati, 2013), sehingga penggunaannya masih sangat terbatas. Dengan munculnya teknologi baru, ujian menggunakan komputerisasi telah mulai dikembangkan dan diimplementasikan dalam program pengujian skala besar seperti lisensi, sertifikasi, penerimaan, dan tes psikologi (Kim & Huynh, 2007).

Ada sejumlah besar penelitian yang menemukan keunggulan untuk pengujian berbasis komputer dalam berbagai aspek bila dibandingkan dengan tes pensil-kertas (Charman & Elmes, 1998; Clariana & Wallace, 2002; Sly & Rennie, 1999). Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa peserta didik memiliki lebih banyak sikap positif terhadap tes berbasis komputer bila dibandingkan dengan berbasis kertas tes. Penelitian lain pada mahasiswa pascasarjana melaporkan bahwa 61,8% lebih disukai tes berbasis komputer dibandingkan dengan tes berbasis kertas (Jawaid, 2014).

Kekurangan pelaksanaan ujian berbasis kertas, yaitu meliputi:

  1. Penyediaan soal ujian yaitu: kertas, penggandaan naskah soal, honor pembuat naskah soal.
  2. Honor pengawasan ujian dan panitia ujian.
  3. Konsumsi pengawas dan panitia selama pelaksaan ujian.
  4. Kertas dan alat-alat tulis lain.

Apalagi di masa Pandemi Covid19 ini, dimana kita harus menjalankan protokol kesehatan antara lain menjaga jarak fisik dan mengurangi kontak dengan yang lain, maka ujian online/ ujian berbasis komputer atau Computer Based Testing (CBT) menjadi sebuah keniscayaan.

Mojarrad (2014) menyelidiki perbandingan ujian berbasis komputer dibandingkan ujian berbasis kertas, menemukan bahwa, kedua sistem ujian hampir tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap validitas dan reliabilitas keseluruhan dari pengujian.

Perkembangan teknologi hanphone yang sangat pesat membuat kemampuan sebuah ponsel bisa menyamai sebuah komputer. Hanphone memiliki kapasitas penyimpanan yang banyak, memori internal dan memori eksternal yang banyak, kecepatan processor (CPU), konektivitas jaringan nirkabel (seperti itu seperti, Wi-Fi dan Bluetooth), Sensor terpasang, GPS, Kamera dan sistem operasi, lengkap dalam sebuah handphone. Ponsel memungkinkan menjalankan program komputer kecil (aplikasi seluler), yang menyediakan berbagai fitur termasuk, melihat dan mengedit file teks dalam format yang berbeda seperti kata dan pdf, grafik instan, browser web, kamus, ilmiah kalkulator dan sebagainya. Jika digunakan secara positif, hanphone adalah alat pembelajaran yang baik (Nyamawe & Mtonyole, 2014).

Pemilihan pelaksanaan ujian menggunakan hanphone adalah berdasarkan tingkat kepemilikan perangkat oleh siswa. Menurut survey yang dilakukan oleh Panyahuti (2018), kepada beberapa sekolah yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2018, tercatat 680 siswa dari 972 siswa (70%) memiliki Handphone Android. Pemanfaatkan handphone berbasis Android dalam dunia pendidikan sangat besar. Terutama untuk menggantikan peranan komputer mengakses content-content pembelajaran serta pemanfaatan untuk pelaksanaan evaluasi pembelajaran.